Harga Minyak Turun Karena Dolar Rebound
New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak di pasar New York turun pada Jumat waktu setempat, di tengah aksi ambil untung moderat karena dolar AS "rebound" (berbalik naik) terhadap mata uang utama lainnya.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Desember, merosot 69 sen menjadi berakhir pada 80,50 dolar AS per barel.

Kontrak sempat menyentuh 82 dolar AS pada Rabu, level tertinggi sejak sejak 14 Oktober 2008.

Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember turun 59 sen menjadi 78,92 dolar AS per barel.

Investor membukukan keuntungan menjelang akhir pekan karena dolar pulih terhadap euro dan mata uang utama lainnya setelah merosot ke terendah 14-bulan terhadap mata uang tunggal Eropa pekan ini, kata para pedagang.

Jatuhnya greenback membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang kuat, merangsang permintaan dan harga minyak mentah.

Sentimen pasar minyak Jumat juga terganjal oleh data tak terduga yang menunjukkan Inggris masih terjebak dalam resesi mendalam dalam kuartal ketiga, mengacaukan perkiraan untuk kembali ke pertumbuhan setelah lima kuartal negatif.

Inggris telah diperkirakan mengikuti Perancis dan Jerman keluar dari resesi setelah mereka mencatat pertumbuhan pada kuartal kedua, namun negara ini sekarang terlihat menjadi dalam kesulitan, karena pada waktu yang sama harus menghadapi kenaikan defisit publik.

"Salah satu dinamis adalah dolar sedikit rebound. Kontraksi mengejutkan PDB Inggris yang mengacaukan keseimbangan," kata analis John Kilduff dari MF Global.

"Itu dan keuntungan baru-baru ini dan akhir pekan yang dilanda beberapa profit taking," katanya.

Tapi, kata Kilduff, harga minyak bisa "bermain-main dengan 90 dolar sebelum akhir tahun "karena" masih ada kelemahan lebih lanjut terlihat dalam dolar."

Dengan harga lebih dari 80 dolar pada saat ini tengah pemulihan ekonomi global yang rapuh produsen OPEC mungkin harus menilai kembali situasi pasar, kata beberapa analis.

"Waktunya mungkin tidak cukup berada di sini, namun bagi produsen kunci dalam OPEC mulai untuk berpikir tentang tepatnya kapan dan bagaimana menarik garis bawah siklus pertahanan harga yang dimulai tahun lalu, tetapi waktunya semakin dekat," analis di Barclays mengatakan dalam sebuah catatan kepada kliennya.

Sekretaris Jenderal OPEC Abdalla Salem El-Badri mengatakan di London pada Kamis bahwa kartel akan mempertimbangkan peningkatan produksi minyak mentah di pertemuan berikutnya pada Desember akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kondisi lain menjadi bertemu.

Kartel "tidak akan ragu untuk meningkatkan produksi pada Desember," katanya kepada wartawan, menambahkan keputusan itu tergantung juga pada harga minyak yang lebih tinggi dan tidak ada penyimpanan mengambang minyak mentah.

Ke-12 negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memompa 40 persen persediaan minyak mentah dunia, akan menyelenggarakan pertemuan berikutnya di Luanda, Angola, pada 22 Desember.

Harga minyak jatuh dari tertinggi sepanjang sejarah lebih dari 147 dolar pada Juli 2008 menjadi sekitar 32 dolar pada Desember karena resesi global, tetapi bangkit sejak ada harapan pemulihan.
(*)